Pertemuan dan Konsultasi Komunitas: Memperkuat Keterlibatan dan Membangun Rasa Kepemilikan (31 Januari 2023)
Sebagai bagian dari aktivitas fase 1 Meninting Project, kegiatan konsultasi komunitas memainkan peran penting dalam membangun keterlibatan dan memperkaya data dasar untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan pemuda di Desa Meninting. Kegiatan ini terdiri dari tiga komponen utama: pertemuan informal awal di tingkat dusun dan pertemuan komunitas formal dalam bentuk diskusi kelompok terarah (FGD) serta proses konsultasi terfokus (interview) dengan beberapa orang tua terpilih di Desa Meninting.
- Pertemuan Awal Informal di Dusun
Fasilitator lokal mengoordinasikan lima pertemuan informal di lima dusun yang ada di Desa Meninting, dengan lokasi pertemuan di balai atau rumah warga terpilih. Pertemuan ini melibatkan para pemangku kepentingan dusun dan perwakilan pemuda untuk mengeksplorasi tantangan serta mengumpulkan wawasan tentang konteks lokal. Meskipun rencana awal terencana sepuluh pertemuan, penyesuaian dilakukan dengan meningkatkan jumlah peserta di setiap sesi, sehingga menghasilkan 7–10 peserta per pertemuan.

Diskusi ini selain bertujuan memperkenalkan gambaran awal dari arah program, pertemuan-pertemuan ini juga mencoba mengumpulkan perspektif yang berharga tentang potensi dan tantangan yang ada di Desa Meninting sehingga memperkaya data dasar proyek sebelum dilaksanakannya kegiatan FGD berama pemangku kepentingan di Desa Meninting, dan memperkuat penerimaan masyarakat terhadap inisiatif ini.
2. Diskusi Kelompok Terarah (FGD) Formal
Pertemuan komunitas formal dilaksanakan di Balai Desa Meninting dengan dihadiri oleh 30 peserta yang diundang, termasuk kepala dusun, perwakilan pemuda, reperesentatif pemerintah desa dan satu orang perwakilan anggota parlemen dari dapil Kecamatan Batu Layard an Gunungsari. Di samping itu juga dalam pertemuan ini, kami mengundang representative dari pemuda yang telah mempunyai pekerjaan dan beberapa representative dari lembaga yang bergerak di sektor pembangunan. Selain itu, 10 peserta tidak terdaftar, termasuk aparat desa, turut hadir membantu persiapan administrasi dan teknis. Pendekatan kolaboratif ini meningkatkan rasa kepemilikan di antara aparat desa dan memastikan kelancaran acara.
FGD mencakup diskusi tematik tentang tantangan dan peluang lokal yang ada di masyarakat terhadap akses pekerjaan produktif, disertai dengan pengenalan singkat tentang proyek. Aparat desa, pengambil keputusan seperti kepala desa dan anggota legislatif, serta pemangku kepentingan lainnya aktif berkontribusi dalam diskusi. Pertukaran pandangan dalam kelompok kecil secara iteratif ini menghasilkan rekomendasi konkret dan memperkuat keselarasan dengan prioritas komunitas.


Berdasarkan rangakuman beberapa pendapat tokoh pemangku kepentingan dalam setiap sesi diskusi terfokus, beberapa perspektif tentang tantangan dan potensi pemuda dalam mengakses pekerjaan dan rekomendasi tematik dapat dipetakan sebagai berikut:
Tantangan:
- Terbatasnya lapangan pekerjaan: Beberapa perusahaan atau insudstri yang menyerap lapangan pekerjaan semakin terbatas dikarenakan banyak yang tutup, terutama dipengaruhi oleh kondisi krisi covid-19
- Kurangnya Keterampilan dan Pelatihan: Banyak pemuda tidak memiliki keterampilan teknis yang relevan dengan pasar tenaga kerja lokal, terutama di sektor parriwisata. Di samping itu, minimnya akses ke pelatihan atau program pengembangan keterampilan di wilayah desa memberikan pengaruh untuk proses pengembangan potensi pemuda.
- Akses Terbatas ke Informasi dan Jaringan: Pemuda yang baru menyelesaikan pendidikan utamanya terbatas dalam mengakses jaringan atau hubungan profesional yang dapat membantu mereka menemukan pekerjaan yang relevan.
- Kendala Infrastruktur dan Mobilitas: Transportasi yang terbatas untuk mengakses lapangan pekerjaan di luar desa menjadi salah satu kendala pemuda terutama pemuda dari kalangan perempuan. Selain itu, infrastruktur digital seperti laptop dan internet yang sulit diakses oleh pemuda dari latar belakang keluarga tidak mampu membatasi akses ke informasi online dan pekerjaan jarak jauh.
- Stigma dan Harapan Sosial: Harapan sosial atau norma budaya sering kali membatasi pilihan pekerjaan untuk pemuda, terutama perempuan. Harapan banyak orang tua agar mereka bisa bekerja di sektor formal. Sehinggal hal ini mempengaruhi kurangnya dukungan dari keluarga atau masyarakat dalam mengeksplorasi peluang kerja non-tradisional. Di samping itu, adanya kendala perempuan muda yang sudah menikah untuk lebih memilih bekerja di sektor rumah tangga atau tidak bekerja sama sekali.
Potensi:
- Semangat dan Kemauan Belajar: Pemuda lokal menunjukkan semangat tinggi untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam sektor pariwisata
- Sumber Daya Lokal: Terdapat potensi besar dalam mengembangkan sektor ekonomi berbasis sumber daya lokal seperti pengembangan potensi pesisir di Desa Meninting, yang mana sejauh ini belum terkelola dengan baik, misalnya pengelolaan hasil tangkapan ikan nelalayan di Desa Meninting menjadi produk olahan.
- Dukungan dari Pemangku Kepentingan Lokal: Pemangku kepentingan seperti aparat desa dan organisasi lokal menunjukkan komitmen untuk mendukung pengembangan pemuda.
- Teknologi dan Kreativitas: Pemuda memiliki potensi dan bakat untuk memanfaatkan teknologi digital untuk berwirausaha atau bekerja jarak jauh.
Pelajaran yang Dipetik
- Fleksibilitas dalam Implementasi: Penyesuaian jadwal pertemuan informal menyoroti pentingnya perencanaan adaptif untuk memungkinkan keterlibatan yang bermakna meskipun ada tantangan logistic sepeti kendala teknis pada pengunaan media presentasi.
- Keterlibatan Aparat Desa: Melibatkan aparat desa dalam aspek organisasi dan teknis berbagai pertemuan pada aktivitas proyek fase 1 ini menumbuhkan rasa kepemilikan yang lebih kuat dan mendorong partisipasi yang lebih luas.
- Lingkungan Kolaboratif: Pelaksanaan FGD di balai komunitas menciptakan ruang yang inklusif, mendorong beragam suara untuk berkontribusi, dan memfasilitasi dialog yang produktif.
Konsultasi ini menegaskan pentingnya proses partisipatif dalam mengidentifikasi tantangan dan menciptakan solusi bersama yang mencerminkan aspirasi komunitas. Wawasan dari pertemuan ini akan menjadi dasar untuk fase-fase proyek berikutnya, membuka jalan bagi strategi yang dapat diterapkan untuk memberdayakan pemuda Meninting dan meningkatkan peluang kerja mereka.
- Interview Mendalam dengan Orang Tua para Pemuda
Berdasarkan hasil temuan dari pertemuan informal dengan masyarakat Desa Meninting dan diskusi kelompok terarah (FGD) dalam fase pertama Meninting Project, teridentifikasi bahwa faktor keluarga, khususnya orang tua, memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan preferensi pemuda dalam memilih pekerjaan. Untuk memahami lebih mendalam aspek ini, dilakukan wawancara mendalam dengan orang tua pemuda.
Proses wawancara dilakukan dengan mengunjungi langsung rumah orang tua pemuda di Desa Meninting. Sebanyak lima orang tua yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, dipilih sebagai responden. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang solid dan inklusif mengenai pandangan mereka terhadap pekerjaan pemuda.

Proses interview dengan responden orang tua dan keluarga pemuda
Dari wawancara tersebut, diperoleh beberapa pandangan utama orang tua terhadap pekerjaan pemuda:
- Pekerjaan Ideal Menurut Orang Tua: Mayoritas orang tua menginginkan anak-anak mereka memiliki pekerjaan yang stabil, seperti pegawai negeri, guru, atau pekerjaan yang dianggap memberikan keamanan finansial jangka panjang.
- Dukungan Pendidikan: Orang tua cenderung mendukung pendidikan anak-anak mereka untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi sejauh kemampuan ekonomi mereka memungkinkan. Namun, keterbatasan finansial sering kali menjadi kendala, yang menyebabkan sebagian besar pemuda memilih bekerja setelah menyelesaikan pendidikan dasar atau menengah. Hal ini memberikan dampak pada pilihan pekerjaan yang terbatas pada opsi pekerjaan lepas atau informal seperti menjadi buruh harian, atau pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap.
- Dukungan terhadap Usaha Mandiri: Beberapa orang tua mendukung anak-anak mereka untuk memulai usaha sendiri, namun keterbatasan modal dan kurangnya keterampilan sering menjadi tantangan utama.
- Peran Tradisi dan Budaya Lokal: Nilai-nilai budaya setempat juga memengaruhi pandangan orang tua terhadap pekerjaan. Beberapa orang tua mengharapkan bahwa anak-anak mereka dapat memiliki pekerjaan di sekitar wilayah desa